TEMPO.CO, Pyongyang – Presiden Cina, Xi Jinping, bakal mengunjungi ibu kota Pyongyang, Korea Utara, pada akhir pekan ini.\
Baca juga: Trump: Cina Perketat Penjagaan Perbatasan Korea Utara, karena ...
Ini merupakan kunjungan balasan pertama atas empat kali kunjungan oleh Kim Jong Un ke Beijing, Cina, pada 2019 ini.
Ini juga kunjungan pertama pemimpin tertinggi Cina ke Korea Utara sejak 14 tahun lalu, saat Presiden Hu Jintao datang ke Pyongyang.
“Kedua pihak akan bertukar pandangan soal situasi di Semenanjung Korea, dan mendorong kemajuan baru dalam resolusi politik soal keadaan di semenanjung,” begitu dilansir CCTV yang merupakan stasiun televisi resmi Cina, dan dikutip Aljazeera pada Selasa, 18 Juni 2019.
Baca juga: Presiden Cina Xi Jinping Lakukan Kunjung Pertama ke Korea Utara
Kedatangan Xi ini juga terjadi setelah kegagalan tercapainya kesepakatan antara pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.
Saat itu, Trump dan Kim membahas isu denuklirisasi dan pencabutan sanksi ekonomi yang mengenai Korea Utara.
Berikut ini sejumlah faktor, yang menjelaskan adanya kedekatan antara Korea Utara dan Cina seperti dilansir Reuters:
Baca juga: Alasan Cina Marah Amerika Serikat Hukum Korea Utara
- Sekutu Dekat
Cina merupakan pendukung vital pasukan komunis Korea Utara saat Perang Korea pada 1950. Cina mengirim pasukan melintasi perbatasan menuju Pyongyang. Setelah terjadi penghentian konflik bersenjata, Cina trus mendukung Korea Utara. Pada 1961, kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan, Kerja Sama, dan Saling Membantu. Ini artinya kedua negara akan saling bantu jika mengalami serangan dari negara lain.
- Tidak Selalu Akur
Meski Cina merupakan sekutu terdekat Korea Utara, hubungan kedua negara tidak selalu harmonis. Ini, misalnya, terlihat pada Oktober 2016 saat Korea Utara melakukan tes peledakan nuklir pertama.
Pemerintah Cina meminta Pyongyang mengurungkan uji coba itu namun diabaikan. Beijing lalu mengecam Korea Utara dan mendukung Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1718, yang mengotorisasi sanksi terhadap Korea Utara. Resolusi itu berisi tuntutan agar Korea Utara menghentikan aktivitas pengembangan rudal balistik dan senjata nuklir.
Baca juga: Trump Salahkan Cina atas Ancaman Korea Utara Batalkan KTT
Hubungan Cina dan Korea Utara semakin meregang saat Pyongyang menggelar uji coba peledakan nuklir kedua dan memicu Cina mendukung penuh DK PBB mengeluarkan Resolusi 1874. Resolusi ini mengenakan sanksi lebih kuat kepada Pyongyang termasuk larangan ekspor senjata.
- Pembicaraan Enam Pihak
Pemerintah Cina mencoba mengendurkan ketegangan di Semenanjung Korea dengan menggelar pembicaraan enam pihak pada Agustus 2003. Pertemuan ini melibatkan Korea Utara, Korea Selatan, Cina, AS, Jepang dan Rusia. Pertemuan ini digelar untuk menghentikan ambisi Pyongyang membuat senjata nuklir dan diganti dengan bantuan ekonomi.
- Bantuan Cina
Korea Utara mengandalkan bantuan ekonomi dan perdagangan dengan Cina untuk menyelamatkan ekonominya, yang terkena berbagai sanksi PBB dan negara Barat. Pada 2008, hubungan perdagangan antara Cina dan Korea Utara mencapai US$2.79 miliar atau sekitar Rp40 triliun atau naik 41.3 persen dari pada 2007. Dari jumlah itu, ekspor Cina ke Korea Utara mencapai sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp29 triliun.
Pemerintah Cina juga tidak menjelaskan dengan detil berapa jumlah perdagangan dan bantuan ekonomi yang telah diberikan kepada Korea Utara.
- Garis Perbatasan
Cina dan Korea Utara berbagi garis perbatasan sepanjang 1.416 kilometer. Ini membuat sebagian warga Korea Utara mengungsi ke Cina dengan alasan ekonomi. Sebagian dari mereka menggunakan ini untuk pindah ke negara ketiga. Jumlah pengungsi ini terus meningkat dan diperkirakan telah melebihi 300 ribu orang. Belakangan, jumlah pengungsi berkurang setelah terjadi pengetatan penjagaan perbatasan dan berkurangnya kelaparan di Korea Utara.